Demam Batu Akik Khas Sumbar Lumuik Sungai Dareh

Batu cincin Sungai Dareh Padang. Sejak beberapa bulan belakangan, banyak orang yang merasa kurang gaul atau tidak up to date bila tidak ada cincin giok di jari tangannya. Jika mayoritas orang hanya memiliki satu buah jam tangan, tapi tidak demikian halnya dengan kepemilikan cincin batu akik. Satu orang bisa memiliki koleksi 2, 3, 4 hingga belasan atau lebih batu cincin.

Harganya, terkadang tidak murah lagi. Mencapai ratusan ribu, bahkan jutaan rupiah. Soal ukuran harga, sangat tergantung tingkat kesukaan seseorang dalam memiliki batu akik tersebut. Tidak ada banderol tetap harga batu akik.

Demam batu akik dan berbagai jenis batu cincin nyaris merasuk semua lapisan masyarakat. Menembus lintas batas umur, profesi, strata ekonomi, geografis, adat budaya hingga agama sekali pun. Para pemburu batu akik selain mencari keindahan juga mengejar mitos-mitos batu akik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.


Namun yang jelas, sejak enam bulan belakangan, keberadaan batu akik terkadang juga menjadi bahan pembuka cerita, obrolan, diskusi maupun sebagai penjalin hubungan silaturahmi antara sahabat, rekan kerja dan relasi. Bahkan terkadang juga menjadi ‘oleh-oleh’ dari bawahan ke atasan, baik di pemerintahan maupun di instansi swasta sekalipun.

Masyarakat Sumatera Barat juga termasuk yang digelayuti demam batu akik. Yang lebih dikenal di Sumatera Barat, lumuik sungai dareh, lumuik suliki, kecubung api ujung tanjung, lumuik pasaman, kalimaya pessel dan lainnya. Batu akik lumuik sungai dareh naik daun, karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga pernah memakainya. Benar atau tidak, Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga disebut-sebut pernah memakai dan mengagumi keindahan batu akik lumuik sungai dareh. 

Setelah itu banyak orang yang memburu batu akik lumuik sungai dareh, sehingga menyebabkan harganya melonjak tinggi. Jika kualitasnya baik, harganya mencapai jutaan rupiah perbiji. Begitulah hebatnya publikasi tentang cincin batu akik.

Para kepala daerah, pejabat eselon II dan III Kabupaten Dharmasraya, Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan jika ada urusan atau acara di Jakarta, sering dimintai oleh-oleh berupa batu akik dari daerah masing-masing. Kerenanya, saat ini membawa buah tangan berupa batu akik saat menghadap atau acara ke Jakarta sudah menjadi agenda wajib. Sebelum memasuki hal pokok, pembicaraan diawali dulu dengan obrolan batu akik. Saling memperagakan koleksi batu akik masing-masing sudah menjadi salah satu kebiasaan lanjutan.

Bagi sebagian masyarakat, demam batu akik menjadi rahmat yang tidak terkira. Kenapa demikian? Karena dengan itu terbukalah ladang pekerjaan atau usaha bagi mereka. Sebagian orang yang sebelumnya bekerja serabutan sebagai buruh angkat, buruh bangunan, buruh pertanian, pengojek sepeda motor dan lainnya, kini mulai bergeser profesinya dengan mencari rezeki dalam rentetan proses bisnis batu akik. Mulai dari mencari bahan mentah batu akik di tengah-tengah hutan, sungai dan lainnya.


Menjual bahan mentah batu akik yang didapat dari pencari batu mengasah batu menjadi batu permata akik hingga menjual batu akik yang sudah selesai dibentuk atau diasah. Di Sumatera Barat tidak kurang dari seribu orang yang terlibat dalam mata rantai bisnis batu akik. Nyaris di setiap kota dan kabupaten di Sumatera Barat dengan kasat mata gampang ditemui penjual bahan mentah batu akik, bahan jadi batu akik, ikat batu cincin akik dan lainnya.

Dalam kondisi perekonomian masyarakat yang serba sulit sekarang, demam batu akik menjadi infus bagi masyarakat pedesaan, nagari dan juga masyarakat miskin di perkotaan. Selaku pencari bahan mentah batu akik, warga bisa meraup pendapatan jauh lebih banyak ketimbang bergelut dengan profesi yang sebelumnya. 

Satu kg bahan batu akik mentah kualitas menengah bisa menjadi Rp400.000-Rp600.000 perkg. Apalagi yang kualitas terbaik harganya bisa lebih mahal lagi. Sedangkan tukang asah batu, upah rata-ratanya sekitar Rp25.000- Rp30.000 per batu. Proses pembuatannya juga tidak terlalu lama. Jika bisa menyelesaikan 10 buah per hari, tentu si pengasah bisa berpendapatan Rp200.000 – Rp300.000 per hari.

Jelas saja demam batu akik membuat gairah perekonomian masyarakat sejumlah desa, dan nagari. Saat hasil pertanian warga minim, ketika tukang dan buruh bangunan kehabisan borongan atau pekerjaan, mereka bisa beralih ke usaha mencari batu bahan akik kualitas baik atau dengan mengasahnya menjadi batu cincin akik. Sebaiknya, pemerintah juga perlu mengatur dengan baik soal aktifitas pencarian bahan baku batu akik. 

Jangan sampai akibat aktifitas pencarian bahan baku batu akik, banyak lobang-lobang besar menganga yang ditinggal begitu saja oleh pemburu bahan baku batu akik. Atau banyak daerah aliran sungai (DAS) yang rusak akibat kegiatan perburuan bahan batu akik. Ke depan diharapkan ada upaya pemerintah yang lebih nyata soal mengembangkan potensi bisnis batu akik (haluan)

Baca Juga : Cara Membedakan Batu Bacan, Batu Akik dan Batu Giok

1 Response to "Demam Batu Akik Khas Sumbar Lumuik Sungai Dareh"

  1. Saya tertarik dengan artikel yang ada di website anda yang berjudul " Demam Batu Akik Khas Sumbar Lumuik Sungai Dareh " .
    Saya juga mempunyai jurnal yang sejenis dan mungkin anda minati. Anda dapat mengunjungi di Explore Indonesia by Universitas Gunadarma

    ReplyDelete