Dari berbagai diskusi dengan para mahasiswa, tidak sedikit yang menyebut jika skripsi adalah momok seram yang paling menakutkan pada mahasiswa tingkat akhir. Banyak cerita jika Skripsi telah meletakan mahasiswa pada kondisi yang tidak menentu. Nah, apakah memang mengerjakan skripsi itu susah? Mari kita bahas lebih lanjut!
Untuk mengupas lebih lanjut tentang skripsi, saya mengelompokan jika ada 4 komponen penting yang terlibat dalam penyelesaikan tugas akhir tersebut. Komponen tersebut harus saling mendukung satu sama lain, jika tidak maka penyelesaikan tugas akhir bisa menjadi suatu beban.
1. Pemahaman terhadap topik bahasan.
Mahasiswa dan pembimbing skripsi sebaiknya sama-sama memahami topik yang dikerjakan. Jika mahasiswa tidak betul-betul memahani apa yang dikerjakan maka dia akan terjerumus pada kebingungan. Demikian juga dosen pembimbing harus memahami apa yang ditulis sehingga mampu memberikan bimbingan penulisan yang benar.
Untuk mengupas lebih lanjut tentang skripsi, saya mengelompokan jika ada 4 komponen penting yang terlibat dalam penyelesaikan tugas akhir tersebut. Komponen tersebut harus saling mendukung satu sama lain, jika tidak maka penyelesaikan tugas akhir bisa menjadi suatu beban.
1. Pemahaman terhadap topik bahasan.
Mahasiswa dan pembimbing skripsi sebaiknya sama-sama memahami topik yang dikerjakan. Jika mahasiswa tidak betul-betul memahani apa yang dikerjakan maka dia akan terjerumus pada kebingungan. Demikian juga dosen pembimbing harus memahami apa yang ditulis sehingga mampu memberikan bimbingan penulisan yang benar.
Pembimbing yang menguasai topik bahasan tidak akan menjadikan mahasiswa kelinci percobaan untuk mencoba hal-hal yang tidak terkait dengan topik bahasan. Kejelasan arahan pembimbingan akan menyelematkan mahasiswa saat ujian responsi karena dia telah melakukan penelitian dan penulisan sesuai dengan prosedur yang benar.
2. Aspek diri mahasiswa
Mahasiswa perlu mengubah mindset jika skripsi bukanlah suatu momok. Ini adalah suatu proses untuk belajar menyelesaikan masalah secara ilmiah melalui penelitian dan menuliskannya dalam bentuk sebuah laporan ilmiah. Jika semua tahapan ilmiah dipahami maka pengerjaan skripsi bisa menjadi mudah.
2. Aspek diri mahasiswa
Mahasiswa perlu mengubah mindset jika skripsi bukanlah suatu momok. Ini adalah suatu proses untuk belajar menyelesaikan masalah secara ilmiah melalui penelitian dan menuliskannya dalam bentuk sebuah laporan ilmiah. Jika semua tahapan ilmiah dipahami maka pengerjaan skripsi bisa menjadi mudah.
Mahasiswa juga perlu mawas diri dengan kemampuan dan kualitas pekerjaan yang telah dilakukan. Mahasiswa sebaiknya tidak terlalu emosional dan reaktif yang berlebihan jika mendapatkan masukan dari pembimbing jika memang masukan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam penulisan skripsi.
3. Aspek dosen
Setiap dosen memiliki proses pembimbingan skripsi yang berbeda- beda. Ada dosen yang terbuka sehingga kapanpun dikontak akan memberikan respon. Namum ada juga dosen yang tertutup dan sulit sekali ditemui sehingga tidak sedikit mahasiswa yang terlantar karena kesulitan menemui pembimbingnya.
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan sebaiknya pendidikan itu menerapkan sistem among dalam melayani mahasiswa yaitu dengan prinsip menghamba pada Sang anak. Jangan sampai mahasiswa menjadi korban akibat proses pembimbingan yang tidak benar. Mahasiswa dan dosen perlu membuat kesepakatan di awal proses pembimbingan. Kesepakatan itu akan menjadi komitmen bersama demi kelancaran pengerjaan skripsi.
4. Aspek fasilitas
Ketersedian berbagai sumber pendukung kelancara skripsi seperti buku-buku ilmiah dan fasilitas lain masih menjadi kendala oleh para mahasiswa dan dosen. Tidak sedikit kampus yang belum mampu menyediakan sumber-sumber pendukung penyelesaikan skripsi yang cukup, seperti minimnya literatur pendukung. Walhasil mahasiswa harus wira-wiri / kesana kemari untuk mencari buku-buku pendukung.
Semoga tulisan pendek ini bermanfaat dan menjadi bahan renungan. Marilah kita ubah persepsi kita jika skripsi bukanlah momok yang menakutkan. (penapustaka)
3. Aspek dosen
Setiap dosen memiliki proses pembimbingan skripsi yang berbeda- beda. Ada dosen yang terbuka sehingga kapanpun dikontak akan memberikan respon. Namum ada juga dosen yang tertutup dan sulit sekali ditemui sehingga tidak sedikit mahasiswa yang terlantar karena kesulitan menemui pembimbingnya.
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan sebaiknya pendidikan itu menerapkan sistem among dalam melayani mahasiswa yaitu dengan prinsip menghamba pada Sang anak. Jangan sampai mahasiswa menjadi korban akibat proses pembimbingan yang tidak benar. Mahasiswa dan dosen perlu membuat kesepakatan di awal proses pembimbingan. Kesepakatan itu akan menjadi komitmen bersama demi kelancaran pengerjaan skripsi.
4. Aspek fasilitas
Ketersedian berbagai sumber pendukung kelancara skripsi seperti buku-buku ilmiah dan fasilitas lain masih menjadi kendala oleh para mahasiswa dan dosen. Tidak sedikit kampus yang belum mampu menyediakan sumber-sumber pendukung penyelesaikan skripsi yang cukup, seperti minimnya literatur pendukung. Walhasil mahasiswa harus wira-wiri / kesana kemari untuk mencari buku-buku pendukung.
Semoga tulisan pendek ini bermanfaat dan menjadi bahan renungan. Marilah kita ubah persepsi kita jika skripsi bukanlah momok yang menakutkan. (penapustaka)
0 Response to "Cara Mudah Membuat Skripsi, Tesis dan Desertasi"
Post a Comment