Inilah Awan Penyebab Jatuhnya Pesawat Air Asia

Bahaya Awan Cumulonimbus bagi dunia penerbangan dan kedirgantaraan. Tragedi kecelakaan pesawat terbang kembali terjadi dan secara 'kebetulan' menimpa 3 pesawat dari maskapai penerbangan malaysia ; MH17, MH370 dan air asia QZ8501. Ada juga yang mengaitkan musibah ini dengan teori konspirasi dibeberapa forum internet.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membenarkan terdapat gumpalan awal tebal pada jalur penerbangan pesawat AirAsia QZ8501, yang hilang pada Minggu (28/12) pagi. Kepala BMKG Andi Eka Satya menyebut, gumpalan awan tersebut bernama 'Cumulonimbus'.

1. Awan Cumulonimbus mengandung petir dan angin

Cumulonimbus adalah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi (2.000-16.000 meter), padat, dan di dalamnya mengandung badai petir serta cuaca dingin.


Cumulonimbus berasal dari bahasa latin "cumulus" berarti kumpulan dan "nimbus" berarti hujan. Awan ini terbentuk karena ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri atau berkelompok. Awan ini membesar secara vertikal, bukan horizontal sehingga bisa berbentuk seperti jamur menjulang.

Petir yang berada di jantung awan bisa menimbulkan curah hujan tinggi dan angin kencang. Petir ini biasanya menghilang setelah 20 menit. Namun jika terdapat energi matahari di atmosfer, petir bisa makin banyak dan berlangsung hingga hitungan jam. Awan ini biasa ditemukan di kawasan tropis.

2. Awan Cumulonimbus bisa bikin pesawat goyang

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Satya menuturkan, bentuk awan Cumulonimbus memang tebal dan di dalamnya terdapat petir dan angin. Maka itu, tak heran bahwa jenis awan itu selalu dihindari pesawat.


"Awan itu biasanya dihindari oleh pilot. Bentuknya tebal sekali, dan ada ulakan-ulakan. Kalau lewat di dalamnya bikin pesawat goyang," kata Andi kepada merdeka.com, Minggu (28/12).

Andi menambahkan, lokasi awan Cumulonimbus saat kejadian hilang kontak pesawat AirAsia QZ 8501 itu berada di antara Belitung dan Kalimantan. "Dari lokasi itu yang kita punya, memang sedang ada kumpulan awan yang tebal. Itu terjadi di sekitar Belitung sampai Kalimantan," ujarnya.

3. Awan Cumulonimbus wajib dihindari pesawat

Dirut AirNav Indonesia Bambang Tjahjono menyatakan awan Cumulonimbus yang diduga dihindari pesawat AirAsia QZ 8501 memang bersifat berbahaya. Dalam rencana penerbangan pun telah jelas direkomendasikan guna menghindari awan jenis ini.

"Kalau namanya awan CB (Cumulonimbus) harus dihindari. Kan dari awal sudah ada rencana terbang peta cuaca satelit dan lain-lain sehingga dari awal dia harus menghindar," kata Bambang di kantor otoritas bandara Soekarno Hatta Tangerang, Senin (29/12).

Menurutnya, tak ada cara lain menghadapi awan cumulonimbus selain menghindarinya. Maka jika bertemu Cumulonimbus tak nekat untuk menerabas.

"Balik, jangan terbang ke situ. Kembali, menghindar yang ke tidak ada awannya," terang dia.

4. Musuh bersama, Cumulonimbus bisa banting pesawat

Dirut AirNav Indonesia Bambang Tjahjono menjelaskan, awan Cumulonimbus merupakan musuh bersama dalam penerbangan. Pesawat yang tahan badai pun disarankan tak melawan awan tersebut.

"Musuh dalam penerbangan kan awan CB. Kalau masuk ke awan bisa kebanting-banting," kata Bambang di kantor otoritas bandara Soekarno Hatta Tangerang, Senin (29/12).

Diketahui, Kejadian hilang kontak pesawat AirAsia QZ 8501 diduga dimulai ketika pilot menghindari awan. Kementerian Perhubungan juga mengakui saat kejadian cuaca memang tidak baik. (mdk)

0 Response to "Inilah Awan Penyebab Jatuhnya Pesawat Air Asia"

Post a Comment